Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2020

Bercerita Karena Covid-19

Gambar
#Day3  Hari Ini saya memutuskan untuk karantina mandiri di tanah nenek moyang saya, yah tanah itu biasa dikenal dengan Tanawu atau Pantai Tanawu Tanawu bukan hanya sekedar nama Pantai tapi disanalah nenek dan kakek dari bapak saya tinggal, menjalani kehidupannya hingga menjelang ajal. Begitupun dengan Bapak, beliau bercerita bahwa masa kecilnya dulu hanya memakan Lede (saya tidak tau bahasa Indonesianya) yang kemudian dicampur dengan beras hasil Kebun (Fare Oma) kadang juga tidak dicampur. (Lanjut Nanti yah) Okay, Pantai Tanawu ini baru-baru ini agak viral sedikit. Tapi semoga tidak viral seperti Pantai-pantai lainnya di Bima, yang membuat kebersihannya tidak terjaga atau akan terus bosan didatangi. Saya tetap ingin seperti ini, hening, aman, bersih, dan Indah.  Dibalik covid-19 yang membuat saya gagal sarjana ada juga hikmah dibalik itu semua, melihat dunia berhenti sejenak dari hiruk pikuk aktivitas manusia. Kota-kota besar hening dari kebisingan kendaraan roda dua dan em

Organisator

Pulanglah...  Berproses,  berdealektika,  dan bertahta itu pilihan. Hilang,  lupa dan melarikan diri itu bunuh diri. Dalam berlembaga bukan citra tapi eksistensi,  jika masih berbalut egoisme maka pulanglah berbenah dan renungkan berapa jauh egoisme menaklukan jiwa. Kala raga terkontaminasi dengan hedonisme, cepatlah pulang raga sederhana itu tidak cocok dengan balutan hedonis.  Teguklah kopi yang panas,  jangan biarkan kopi itu dingin. Berproseslah sampai tuntas, jangan biarkan hasrat berlembaga tidak tersampaikan. Berkelanalah dengan khas dan keunikan, tapi jangan pernah lupa jalan pulang. Jika di tengah perjalanan tahta bergelimang,  ilmu menerobos sampai pada subtansi,  kawan sejawat bergelimang disisi kanan maupun kiri. Sejuta kesuksesan melampui dari orang lain,  maka kesombongan meninggi sampai di tenggorokan. Cepatlah pulang..  Masa mu membisu karena tidak ada yang mendobrak pita suara mu  Sesama saudara saling mencela karena tidak menemukan penengah,  Petinggi lelah karena tid