Bercerita Karena Covid-19

#Day3 
Hari Ini saya memutuskan untuk karantina mandiri di tanah nenek moyang saya, yah tanah itu biasa dikenal dengan Tanawu atau Pantai Tanawu

Tanawu bukan hanya sekedar nama Pantai tapi disanalah nenek dan kakek dari bapak saya tinggal, menjalani kehidupannya hingga menjelang ajal. Begitupun dengan Bapak, beliau bercerita bahwa masa kecilnya dulu hanya memakan Lede (saya tidak tau bahasa Indonesianya) yang kemudian dicampur dengan beras hasil Kebun (Fare Oma) kadang juga tidak dicampur. (Lanjut Nanti yah)

Okay, Pantai Tanawu ini baru-baru ini agak viral sedikit. Tapi semoga tidak viral seperti Pantai-pantai lainnya di Bima, yang membuat kebersihannya tidak terjaga atau akan terus bosan didatangi. Saya tetap ingin seperti ini, hening, aman, bersih, dan Indah. 

Dibalik covid-19 yang membuat saya gagal sarjana ada juga hikmah dibalik itu semua, melihat dunia berhenti sejenak dari hiruk pikuk aktivitas manusia. Kota-kota besar hening dari kebisingan kendaraan roda dua dan empat, manusia berhenti menjadi tuan sejenak menjadi tua atas Bumi ini. 

Menikmati masa karantina ini merupakan hal baik daripada harus menjadikannya beban, mungkin Bumi murka dan memberhentikan aktivitas manusia. Bagaimana tidak Bumi sudah menjadi Poros dari keserakahan manusia, sampah di seluruh dunia membuat bumi ini sesak, kerusakan hutan menghilangkan setengah paru-paru dunia atau bahkan lebih. Lalu apalagi yang akan bumi pertahankan dari kita semua.?

Tanawu, 5 April 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Internasional Womens Day 2020

Pernikahan Umi

Nenek Umi Berpulang